Berikut adalah lima trik kehidupan untuk membantu Anda mengetahui apakah Anda siap untuk komitmen jangka panjang dalam hubungan:
1. Menghayati kembali hubungan masa lalu: Berpikirlah tentang hubungan sebelumnya yang telah Anda jalani, termasuk mereka yang tidak berjalan lancar. Apa saja pola-pola atau isu-isu yang sering muncul? Apakah ada hal-hal yang membuat Anda mempertanyakan komitmen Anda? Beri tahu diri sendiri apa saja: apakah masalah-masalah tersebut akan terjadi lagi, dan apakah Anda siap menyelesaikannya kali ini?
Contoh: Jika Anda sering merasa cemburu dalam hubungan sebelumnya, itu mungkin menunjukkan bahwa Anda belum siap secara emosional untuk komitmen jangka panjang.
2. Menghadapi tujuan dan prioritas masa kini: Evaluasi situasi Anda saat ini. Apakah Anda fokus pada kemajuan karir, stabilitas keuangan, atau jaringan sosial? Pertimbangkan apakah Anda memiliki energi emosional untuk dedikasi pada hubungan yang komitmen. Tanyakan diri sendiri:
– Apa prioritas utama saya selama beberapa bulan ke depan?
– Apakah hubungan yang komitmen akan mendukung atau mengganggu tujuan-tujuan ini?
Contoh: Jika Anda saat ini fokus pada membayar utang dan menyelesaikan karir, mungkin bukanlah waktu yang tepat untuk melibatkan diri dalam hubungan jangka panjang.
3. Mengontemplasi gaya ikatan: Penelitian menunjukkan bahwa gaya ikatan (aman, gembira, enggan, atau tidak terorganisir) dapat mempengaruhi kemauan untuk komitmen dalam hubungan. Menghayati kembali bagaimana Anda menyikapi hubungan sebelumnya:
– Apakah Anda orang yang cenderung sangat dekat dengan pasangan dan menjadi kesal?
– Apakah Anda sulit menghadapi intimasi emosional?
Contoh: Jika Anda memiliki gaya ikatan gembira, mungkin perlu belajar untuk memperbaiki kepekaan diri sendiri dan perkembangkan komunikasi yang sehat sebelum melibatkan diri dalam hubungan komitmen.
4. Mengulas hal-hal yang tidak dapat diterima: Buatlah daftar tentang hal-hal yang Anda tidak bisa menoleransi dalam suatu hubungan yang akan membuat Anda mempertanyakan atau mengakhiri komitmen:
– Ketidaksetiaan
– Tindak kecanduan bahan-bahan terlarang
– Kurangnya dukungan emosional
– Ketergantungan pada uang
Contoh: Jika Anda memiliki reaksi keras ketika menghadapi konflik, mungkin perlu mempertimbangkan apakah Anda siap untuk menghadapi kontak yang terjadi dalam hubungan.
5. Menghormati insting (tetapi juga dengarkan logika): Pada akhirnya, tahu kapan Anda merasa siap untuk melangkah maju. Perhatikan perasaan-perasaan gugup atau tidak yakin mengenai “Saya hanya tidak yakin kalau ini benar” atau “Apa yang membuatku merasa kurang nyaman.” Namun, tambahkan logika dalam pikiran:
– Apakah Anda menggunakan rasa takut atau ketidakpastian sebagai alasan untuk menghindari komitmen?
– Atau apakah Anda memang tidak yakin tentang potensi hubungan jangka panjang?
Contoh: Jika Anda sering menunda percakapan yang serius dan intim karena takut atau kecemasan, mungkin perlu mencoba memahami isu-isu di bawahnya sebelum melibatkan diri dalam pasangan.